Sabtu, 27 Desember 2008

Kebisingan lalu lintas pada ruas jalan perkotaan.Studi kasus jalan Jenderal Sudirman Jogjakarta

Undergraduate Theses from JBPTITBPL / 2004-12-15 08:23:01
Oleh : Retno Wihanesta, Departemen Teknik Planologi-ITB
Dibuat : 2002-02-11, dengan 1 file

Keyword : Kebisingan,transportasi,lalu lintas
Subjek : Transportasi,Polusi suara
Kepala Subjek : Perencanaan Transportasi dan Prasarana



Peningkatan jumlah penduduk yang disertai dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi menyebabkan peningkatan pergerakan yang ditandai dengan peningkatan permintaan akan kebutuhan transportasi. Hal tersebut berimplikasi pada kepemilikan jumlah kendaraan sehingga dapat menimbulkan beberapa masalah lalu lintas dan degradasi lingkungan, diantaranya adalah polusi suara atau kebisingan. Studi mengenai kebisingan ini penting dilakukan karena besarnya dampak atau pengaruh kebisingan terhadap manusia (terutama kesehatan), sedangkan perhatian terhadap kebisingan tersebut sangat kurang karena dampaknya tidak langsung dapat segera dirasakan.
Studi ini bertujuan untuk menilai tingkat kebisingan lalu lintas di jalan utama Kota Jogjakarta, yaitu jalan Jenderal Sudirman berdasarkan standar yang berlaku, baik standar nasional maupun internasional dan pengaruh kebisingan tersebut terhadap lingkungan sekitarnya (terutama manusia) serta mengkaji faktor -faktor yang mempengaruhi kebisingan lalu lintas tersebut. Jalan Sudirman dalam studi ini dibagi menjadi tiga ruas. Tingkat kebisingan lalu lintas di ruas 1 pada jarak 10 meter dari sumber adalah sebesar 67,648-74,5 dBA dan tingkat kebisingan pada jarak 20 meter dan 30 meter dari sumber masing-masing berkisar antara 63,939-71,9 dBA dan antara 60,893-69,507 dBA. Tingkat kebisingan lalu lintas yang terjadi di ruas 2 berada pada interval 70,961-75,257 dBA untuk jarak 10 meter dari sumber, antara 67,698-71,9 dBA untuk jarak 20 m dari sumber serta antara 64,544-69,308 dBA untuk jarak 30 m dari sumbe. Tingkat kebisingan lalu lintas yang terjadi di ruas 3 berada pada interval 70,659-75, 7 dBA dan sedangkan pada jarak 20 m dan 30 m dari sumber masing-masing berkisar antara 65,191-69,8 dBA dan 61,831-65,8 dBA. Tiingkat kebisingan tersebut pada umumnya telah melewati standar yang berlaku. Reaksi masyarakat yang paling besar diperkirakan timbul pada kawasan yang sensitif terhadap kebisingan lalu lintas karena besar tingkat kebisingan lalu lintas yang telah jauh melewati ambang batas kriteria tersebut telah berada pada ambang kritis timbulnya reaksi masyarakat yang tergolong sedang.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebisingan lalu lintas di Jalan Sudirman dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu sumber bising, media. jalur rambah serta penerima kebisingan. Sumber bising terdiri dari sumber bising statistik (meilputi volume kendaraan, kecepatan kendaraan dan tipe aliran lalu lintas) dan sumber bising sesaat (meliputi percepatan kendaraan, bunyi klakson, sent rem dan bunyi knalpot). Media atau jalur rambah yang berpengaruh terhadap kebisingan yaitu fungsi kawasan, lansekap jalan dan insulasi gedung atau bahan bangunan, sedangkan faktor penerima meliputi jarak antara penerima dengan sumber bising.
Mengingat guna lahan pada wilayah studi telah terbentuk, maka penanganan kebisingan dilakukan pada kondisi eksisting, yang meliputi perencanan guna lahan, manajemen lalu lintas, desain jalan dan insulasi gedung. Nmnun, dari beberapa alternatif yang mungkin dapat dilakukan pada Jalan Sudirman, maka ada beberapa upaya yang dapat diterapkan, yaitu penanaman lansekap jalan, penggunaan noise barrier dan aspal karet.

Deskripsi Alternatif :



Peningkatan jumlah penduduk yang disertai dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi menyebabkan peningkatan pergerakan yang ditandai dengan peningkatan permintaan akan kebutuhan transportasi. Hal tersebut berimplikasi pada kepemilikan jumlah kendaraan sehingga dapat menimbulkan beberapa masalah lalu lintas dan degradasi lingkungan, diantaranya adalah polusi suara atau kebisingan. Studi mengenai kebisingan ini penting dilakukan karena besarnya dampak atau pengaruh kebisingan terhadap manusia (terutama kesehatan), sedangkan perhatian terhadap kebisingan tersebut sangat kurang karena dampaknya tidak langsung dapat segera dirasakan.
Studi ini bertujuan untuk menilai tingkat kebisingan lalu lintas di jalan utama Kota Jogjakarta, yaitu jalan Jenderal Sudirman berdasarkan standar yang berlaku, baik standar nasional maupun internasional dan pengaruh kebisingan tersebut terhadap lingkungan sekitarnya (terutama manusia) serta mengkaji faktor -faktor yang mempengaruhi kebisingan lalu lintas tersebut. Jalan Sudirman dalam studi ini dibagi menjadi tiga ruas. Tingkat kebisingan lalu lintas di ruas 1 pada jarak 10 meter dari sumber adalah sebesar 67,648-74,5 dBA dan tingkat kebisingan pada jarak 20 meter dan 30 meter dari sumber masing-masing berkisar antara 63,939-71,9 dBA dan antara 60,893-69,507 dBA. Tingkat kebisingan lalu lintas yang terjadi di ruas 2 berada pada interval 70,961-75,257 dBA untuk jarak 10 meter dari sumber, antara 67,698-71,9 dBA untuk jarak 20 m dari sumber serta antara 64,544-69,308 dBA untuk jarak 30 m dari sumbe. Tingkat kebisingan lalu lintas yang terjadi di ruas 3 berada pada interval 70,659-75, 7 dBA dan sedangkan pada jarak 20 m dan 30 m dari sumber masing-masing berkisar antara 65,191-69,8 dBA dan 61,831-65,8 dBA. Tiingkat kebisingan tersebut pada umumnya telah melewati standar yang berlaku. Reaksi masyarakat yang paling besar diperkirakan timbul pada kawasan yang sensitif terhadap kebisingan lalu lintas karena besar tingkat kebisingan lalu lintas yang telah jauh melewati ambang batas kriteria tersebut telah berada pada ambang kritis timbulnya reaksi masyarakat yang tergolong sedang.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebisingan lalu lintas di Jalan Sudirman dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu sumber bising, media. jalur rambah serta penerima kebisingan. Sumber bising terdiri dari sumber bising statistik (meilputi volume kendaraan, kecepatan kendaraan dan tipe aliran lalu lintas) dan sumber bising sesaat (meliputi percepatan kendaraan, bunyi klakson, sent rem dan bunyi knalpot). Media atau jalur rambah yang berpengaruh terhadap kebisingan yaitu fungsi kawasan, lansekap jalan dan insulasi gedung atau bahan bangunan, sedangkan faktor penerima meliputi jarak antara penerima dengan sumber bising.
Mengingat guna lahan pada wilayah studi telah terbentuk, maka penanganan kebisingan dilakukan pada kondisi eksisting, yang meliputi perencanan guna lahan, manajemen lalu lintas, desain jalan dan insulasi gedung. Nmnun, dari beberapa alternatif yang mungkin dapat dilakukan pada Jalan Sudirman, maka ada beberapa upaya yang dapat diterapkan, yaitu penanaman lansekap jalan, penggunaan noise barrier dan aspal karet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar